Nama :
Nahlia Dwi Citra F
NPM :
15512225
3 PA 11
TERAPI KELUARGA
A.
Pengertian Terapi Keluarga
Terapi
keluarga adalah cara baru untuk mengetahui permasalahan seseorang, memahami
perilaku, perkembangan simtom dan cara pemecahannya.
Terapi
keluarga dapat dilakukan sesama anggota keluarga dan tidak memerlukan orang
lain, terapis keluarga mengusahakan supaya keadaan dapat menyesuaikan, terutama
pada saat antara yang satu dengan yang lain berbeda.
Terapi keluarga
adalah model terapi yang bertujuan mengolah perilaku interaksi keluarga sehingga
bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga. Terapi keluarga muncul dari
observasi bahwa masalah-masalah yang ada pada terapi punya konsekuansi dan
kontek sosial.
B.
Cara
Melakukan Terapi Keluarga
Dalam
melakukan terapi keluarga terdapat tiga fase diantaranya:
1. Fase Perjanjian
Terapis membuat kontrak pertemuan dengan
keluarga dan mengumpulkan data, selama tahap ini terapis memfasilitasi proses
penentuan masalah yang diidentifikasi oleh keluarga.
2. Fase Kerja
Terapis berusaha mengubah pola interaksi
diantara anggota keluarga dengan meningkatkan kompetensi masing-masing
individual anggota keluarga, eksplorasi batasan-batasan dalam keluarga.
3. Fase Terminasi
Terapis harus melakukan review masalah yang
telah teridentifikasi dengan keluarga dan menegosiasikan kembali kontrak dan
jumlah sesi-sei keluarga.
C.
Manfaat
Terapi Keluarga
Untuk
mengerti dan menangani keluarga penderita gangguan mental. Kemudian terapi keluarga
tidak hanya berguna untuk menangani individu dalam konteks keluarga, tetapi
juga keluarga yang tidak berfungsi baik. Keluarga merupakan intervensi spesifik
dengan tujuan membina komunikasi secara terbuka dan interaksi keluarga secara
sehat.
D.
Kasus-kasus
yang diselesaikan dalam Terapi Keluarga
Dalam terapi keluarga ada penyelesaian kasus
yang ditekankan tentang bagaimana mengubah perilaku anggota keluarga / keluarga
dengan memodifikasi gejala atau akibat dari suatu tindakan. Penekanan pada
penghilangan perilaku yang tidak sesuai menjadi perilaku positif, diantaranya:
1.
Latihan perilaku orang tua ( behavioral parent training )
Behavioral parent training menunjukkan pada pelatihan keterampilan
orang tua. Terapis membantu sebagai pendidik belajar sosial yang mempunyai
tanggung jawab untuk merubah respon orang tua terhadap anak-anaknya. Berubahnya
respon orang tua, akan membuat perilaku anak pun berubah. Tipe ini menggunakan
metode verbal dan perbuatan.
2. Terapi pernikahan /
suami istri ( mariage/ couples therapies
and education )
a.
Analisis
perilaku dalam masalah suami istri
b.
Pembalasan
yang positif
c.
Pelatihan
keterampilan berkomunikasi
d.
Latihan
memecahkan masalah
3.
Treatment pada Disfungsi seksual ( treatment of sexual disfunctioning)
Digunakan untuk membantu pasangan suami istri
yang mengalami gangguan pada hubungan seks mereka, yang kemudian menjadi masalah
pasangan. Seperti ejakulasi dini.
4.
Terapi fungsi keluarga ( functional family therapy )
Dalam functional family therapy, pertolongan
diberikan apabila hubungan interpersonal antar anggota keluarga dalam keadaan :
a.
Contact/
Closeness ( Merging )
b.
Anggota
keluarga sama-sama bersaing di dalam keluarga.
c.
Distance/
Independence ( Separating )
d.
Anggota
keluarga saling memisahkan diri, ada jarak diantara mereka.
E.
Contoh
Kasus Terapi Keluarga
Terdapat kasus dari seorang anak yang berusia 5tahun
ketika dirumahnya saat itu ia diasuh oleh seorang pengasuh rumah tangga karena
orangtua yang bekerja. Suatu hari ketika dirumah sang anak hanya berdua dengan
sang pengasuh pada waktu siang hari ia sedang tidur siang, tiba-tiba ada
perampok yang memasuki rumah tersebut dan membangunkan anak tersebut dan
pengasuh tersebut lalu diikat dan duduk di lantai. Perampok datang dengan
perlakuan yang kasar padanya dan pengasuh. Berteriak-teriak menanyakan dimana
letak barang berharga seperti uang, perhiasan. Sang anak terus menangis
ketakutan. Perampok tersebut memukuli anak tersebut dan pengasuhnya. Ketika perampok
itu pergi sang anak dan pengasuh dengan tubuh yang masih terikat kain dan pintu
rumah yang tertutup sampai tiba orangtuanya datang pulang dari bekerja dan
kaget histeris melihat anaknya dan pengasuhnya dengan keadaan terikat dan duduk
dilantai. Orang tua pun langsung mendekat dan menanyakan yang sebenarnya yang
terjadi.
Setelah pengalaman tersebut sang anak dan orangtuanya
pindah rumah dan tidak memiliki pengasuh lagi. Ibu nya yang berhenti bekerja. Setiap
kali ia berada di rumah ia sering menangis dan tak pernah jauh dari sang ibu. Sang
anak yang menjadi takut untuk berinteraksi dengan orang lain, tidak mau keluar
rumah, bahkan tidak mau berkomunikasi. Hal ini sangat menghawatirkan bagi sang
anak karena ketika ia bersekolah sangat menggangu mental dan psikis anak
tersebut. Orang tua yang terus menghawatirkan anaknya akibat masa trauma yang
berkepanjangan dapat menggangu kesehatan mental anak.
Orangtua pun datang ketempat terapi dimana ia
menginginkan anaknya tidak terlalu merasakan trauma yang berkepanjangan dari
masa kejadian perampok dimasalalu itu. Dan dapatlah hasil yang sangat memuaskan
bahwa saat ini anaknya mau untuk berinteraksi, berkomunikasi bahkan mau
menerima datangnya oranglain dalam kehidupannya.
Ciptakan
suasana lingkungan aman dan nyaman biar anak selalu dalam kondisi senang dan bahagia.
Sebagai contoh hal-hal yang perlu diperhatikan orang tua dan anggota keluarga untuk membantu konselor dalam
mengelola emosi anak diantaranya adalah mampu mengendalikan amarah, membuang
rasa takut, membuang cemburu dan meredakan kesedihan.
SUMBER :
Adi,
K.J. (2013). Esensial Konseling.
Yogyakarta: Garudhawaca
Chaplin,
J.P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi.
Jakarta: Raja Grapindo
Sanyata,
S. 2012. “Teori Dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik Dalam Konseling” . Jurnal
Paradigma. Volume 14, No.7
Mintarsih,
W. 2013. “Peran Terapi Keluarga Eksperiensial Dalam Konseling Anak Untuk
Mengelola Emosi”. Jurnal Pendidikan. Volume 8, No.2