Nama : Nahlia Dwi Citra F
NPM : 15512225
Kelas : 3 PA 11
Psikologi
Manajemen
1.
Bentuk teori
motivasi yang dianggap tepat untuk bisa menggerakan proses kerja karyawan dilakukan
dengan penuh semangat
Jawab :
Menurut Munandar (2001) Motivasi adalah suatu proses
dimana kebutuhan-kebutuhan mendorong sesorang untuk melakukan serangkaian
kegiatan yang mengarah ketercapaiannya tujuan tertentu. Individu yang berhasil
mencapai tujuannya tersebut maka berarti kebutuhan-kebutuhannya dapat terpenuhi
atau terpuaskan.
Suatu variable yang ikut campur tangan yang
digunakan untuk menimbulkan factor-faktor tertentu didalam organisme, yang
membangkitkan, mengelola, mempertahankan dan menyalurrkan tingkah laku menuju
satu sasaran (J.P. Chaplin, 2001).
Tiga teori motivasi, antara lain yaitu :
a.
Teori Kebutuhan
(Abraham Maslow)
Abraham Maslow mengungkapkan
teori motivasi yang dikenal dengan hierarki kebutuhan (hierarchy of needs). Dia membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia
terdapat hierarki dari Lima Kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah:
1)
Fisiologis: meliputi
rasa lapar, haus, berlindung, seksual, dan kebutuhan fisik lainnya.
2)
Rasa aman: meliputi
rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional.
3)
Sosial: meliputi
rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan.
4)
Penghargaan: meliputi
faktor-faktor penghargaan internal seperti hormat diri, otonomi, dan
pencapadian; dan factor-faktor penghargaan eksternal seperti status, pengakuan
dan perhatian.
5)
Aktualisasi
diri: dorongan untuk menjadi seseorang sesuai kecakapannya; meliputi pertumbuhan,
pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri.
Ketika setiap kebutuhan
ini pada dasarnya terpenuhi, kebutuhan yang berikutnya menjadi dominan.
Individu bergerak menaiki tingkat hierarki. Dari sudut motivasi, teori tersebut
mengatakan bahwa meskipun tidak ada kebutuhan yang benarbenar dipenuhi, sebuah
kebutuhan yang pada dasarnya telah dipenuhi tidak lagi memotivasi. Jadi bila
ingin memotivasi seseorang, menurut Maslow, kita harus memahami tingkat
hierarki dimana orang tersebut berada saat ini dan fokus untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
di atau di atas tingkat tersebut.
b.
Teori kebutuhan
McClelland (McClelland’s theory of needs)
Teori tersebut berfokus
pada tiga kebutuhan: pencapaian, kekuatan, dan hubungan yang didefinisikan
sebagai berikut :
1)
Kebutuhan
pencapaian (need for achievement):
Dorongan untuk melebihi, mencapai target, berusaha keras untuk berhasil.
2)
Kebutuhan
kekuatan (need for power): Kebutuhan untuk membuat individu lain berperilaku
sedemikdian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya.
3)
Kebutuhan
hubungan (need for affiliation): Keinginan
untuk menjalin suatu hubungan antarpersonal yang ramah dan akrab.
c.
Menurut Frederich
Herzberg
Mengembangkan teori
hierarki kebutuhan Maslow menjadi teori dua faktor tentang motivasi. Dua faktor
itu dinamakan faktor pemuas (motivation factor)
yang disebut dengan satisfer atau intrinsic motivation dan faktor pemelihara (maintenance factor) yang disebut dengan
disatisfier atau intrinsic motivation. Faktor pemuas yang disebut juga motivator
yang merupakan faktor pendorong seseorang untuk berprestasi yang bersumber dari
dalam diri seseorang tersebut (kondisi intrinsik) antara lain :
1)
Prestasi yang
diraih (achievement)
2)
Pengakuan orang
lain (recognition)
3)
Tanggungjawab
(responsibility)
4)
Peluang untuk
maju (advancement)
5)
Kepuasan kerja
itu sendiri (the work it self )
6)
Kemungkinan
pengembangan karir (the possibility of growth)
Sedangkan faktor
pemelihara (maintenance factor) disebut juga hygiene factor merupakan faktor
yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan untuk memelihara keberadaan karyawan
sebagai manusia, pemeliharaan ketentraman dan kesehatan. Faktor ini juga
disebut dissatisfier (sumber ketidakpuasan) yang merupakan tempat pemenuhan
kebutuhan tingkat rendah yang dikualifikasikan ke dalam faktor ekstinsik meliputi
:
1)
Kompensasi
2)
Keamanan dan
keselamatan kerja
3)
Stress Kerja
4)
Kondisi kerja
5)
Status
6)
Prosedur
perusahaan
7)
Mutu dari supervisi teknis dari hubungan interpersonal
di antara teman sejawat dengan atasan dan dengan bawahan.
2.
Pola
kepemimpinan (otokratik,demokratik dan permisif)
Jawab :
Kepemimpinan adalah
suatu proses menggerakkan orang-orang dalam suatu organisasi karena memiliki kekuasaan,
kewibawaan dan kemampuan, agar bekerja dalam suasana moralitas yang tinggi
dengan penuh semangat dapat menyelesaikan pekerjaannya masingmasing sesuai
hasil yang diharapkan (Salam, 2002).
Menurut Silalahi (2002)
kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi perilaku orang lain, baik secara individu
maupun kelompok agar melakukan aktivitas dalam usaha mencapai tujuan dalam
situasi tertentu. Kepemimpinan yang tidak pernah konsisten dan tidak dapat diandalkan, niscaya gagasan-gagasan
inovatif akan seterusnya terpendam, bahkan dapat berdampak pada larinya SDM
yang memiliki knowledge ke perusahaan swasta (Soeling, 2005). Studi mengenai
kepemimpinan saat ini berada di dalam era transformasi atau perubahan. Masih
terkait dengan kepemimpinan, dikemukakan oleh Rainey dan Steinbauer (1999), bahwa
perilaku eksternal seperti agen otonomi yang menerapkan misinya, yaitu misi
yang tinggi, kuat dan perilaku kepemimpinan tertentu, dapat memperbesar beberapa
bentuk motivasi seseorang dalam organisasi, seperti motivasi terhadap tugas,
motivasi terhadap misi maupun motivasi sebagai pelayan publik, yang kesemuanya
harus saling terhubung dalam rangka mencapai efektivitas (Hardjo, 2005).
a.
Otokratik : Menurut Sudarwan (2004), kata otokratik diartikan sebagai tindakan menurut
kemauan sendiri, setiap produk pemikiran dipandang benar, keras kepala, atau
rasa aku yang keberterimaannya pada khalayak bersifat dipaksakan. Kepemimpinan
otokratik disebut juga kepemimpinan otoriter.
Kepemimpinan otokratis sebagai gaya yang didasarkan
atas kekuatan posisi dan penggunaan otoritas. Jadi kepemimpinan otokratik
adalah kepemimpinan yang dilakukan oleh seorang pemimpin dengan sikapnya yang
menang sendiri, tertutup terhadap saran dari orang lain dan memiliki idealisme tinggi.
(Thoha,2010).
b.
Demokratik : Menurut Malayu (2005), kepemimpinan
demokratik menitikberatkan pada bimbingan yang efisien pada para anggotanya. Koordinasi
pekerjaan terjalin dengan baik dengan semua lini, terutama penekanan pada rasa
tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerja sama yang baik. Kepemimpinan
demokratik menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan
sugesti bawahan, bersedia mengakui keahlian para sepesialis dengan bidangnya
masing-masing pada saat-saat kondisi yang tepat.
c.
Permisif : Menurut Sudarwan (2004), kepemimpinan
permisif merupakan pemimpin yang tidak mempunyai pendirian yang kuat, sikapnya
serba boleh. Pemimpin memberikan kebebasan kepada bawahannya, sehingga bawahan
tidak mempunyai pegangan yang kuat terhadap suatu permasalahan. Pemimpin yang
permisif cenderung tidak konsisten terhadap apa yang dilakukan.
Sumber :