Nahlia Dwi Citra Fajrina
15512225
2pa11
1. PENYESUAIAN
DIRI DAN PERTUMBUHAN
A. Penyesuaian
diri
Pengertian penyesuaian diri adalah proses yang
diharapi oleh individu dalam mengenal lingkungan yang baru. Menurut Schneider
(dalam Partosuwido, 1993) penyesuaian diri merupakan kemampuan untuk mengatasi
tekanan kebutuhan, frustrasi dan kemampuan untuk mengembangkan mekanisme
psikologis yang tepat. Menurut Callhoun dan Acocella (dalam Sobur, 2003),
penyesuaian dapat didefenisikan sebagai interaksi individu yang kontinu dengan
diri individu sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia individu. Menurut
pandangan para ahli diatas, ketiga faktor tersebut secara konstan mempengaruhi
individu dan hubungan tersebut bersifat timbal balik mengingat individu secara
konstan juga mempengaruhi kedua faktor lain.
Menurut Schneiders (1964), pengertian penyesuaian
diri dapat ditiinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
·
Penyesuaian sebagai adaptasi
Menurut pandangan ini,
penyesuaian diri cenderung diartikan sebagai usaha mempertahankan diri secara
fisik, bukan penyesuaian dalam arti psikologis, sehingga ada kompleksitas
kepribadian individu dengan lingkungan yang terabaikan.
·
Penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas
Penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup
konformitas terhadap suatu norma. Pengertian ini menyiratkan bahwa individu
seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri
dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial maupun emosional.
·
Penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan
Penyesuaian diri dipandang sebagai kemampuan untuk merencakan dan
mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik,
kesulitan dan frustasi tidak terjadi, dengan kata lain penyesuaian diri
diartikan sebagai kemampuan penguasaan dalam mengembangkan diri sehingga
dorongan emosi dan kebiasaan menjadi terkendali dan terarah.
Berdasarkan tiga sudut pandang tentang penyesuaian
diri yang disebut diatas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri dapat
diartikan sebagai suatu proses yang mencakup suatu respon-respon mental dan
perilaku yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan
internal, ketegangan, frustasi, konflik serta untuk menghasilkan kualitas
keselarasan antara tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dari dunia
luar atau lingkungan tempat individu berada (Ali & Asrori, 2004).
B. Pertumbuhan personal
Konsep
yang berkaitan dengan pertumbuhan personal, meliputi :
a)
Penekanan
pertumbuhan, penyesuain diri dan pertumbuhan
Pertumbuhan
adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dariproses pematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal padaanak yang sehat pada
waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikansebagai proses transmisi
dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter
dalam bentuk proses aktif secaraberkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan
dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur
biologis.
Secara
umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957)bahwa perkembangan
berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan
global dan kurang berdiferensiasi sampai keadaan di mana diferensiasi,
artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi
diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas
itu lambat laun bagian-bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas
dalam kerangka keseluruhan.
b) Variasi dalam pertumbuhan
Tidak
selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena
kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil
melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam
dirinya atau mungkin diluar dirinya.
c)
Kondisi-kondisi
untuk bertumbuh
Kondisi
jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen
sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik
berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa
terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe
tempramen (Surya, 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yaitu yang
ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan
dalam aktivitas sosial, dan pemilu.
Karena
struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat
diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang
penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukan bahwa
gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala
gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian. Dengan demikian, kondisi sistem
tubuh yang baik merupakan syaraf bagi tercapainya proses penyesuaian diri yang
baik. Disamping itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berhubungan dengan
penyesuaian diri, kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat diperoleh dan
dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa
gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses
penyesuaian dirinya.
d)
Fenomenologi
pertumbuhan
Fenomenologi memandang manusia
hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara
subyektif. Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. “Alam
pengalaman setia orang berbeda dari alam pengalaman orang lain.” (Brouwer,
1983:14 Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers, yang
boleh disebut sebagai-_Bapak Psikologi Humanistik. Carl Rogers
menggarisbesarkan pandangan Humanisme sebagai berikut (kita pinjam dengan
sedikit perubahan dari Coleman dan Hammen, 1974:33).
2. STRESS
A. Arti
penting stress
Stress adalah suatu
ketidakseimbangan diri/jiwa dan realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat
dihindari à perubahan yang memerlukan penyesuaian Sering dianggap sebagai
kejadian atau perubahan negatif yang dapat menimbulkan stress, seperti cedera,
sakit atau kematian orang yag dicintai, putus cinta Perubahan positif juga
dapat menimbulkan stress, seperti naik pangkat, perkawinan, jatuh cinta dll.
B. Tipe-tipe stress
·
Stress
fisik
·
Stress
kimiawi
·
Stress
mikrobiologis
·
Stress
fisiologis
·
Stress
proses tumbuh kembang
·
Stress
[sikologis atau emosional
Pengalaman
stress dapat bersumber dari: lingkungan, diri dan pikiran.
Dapat
dilihat dari berbagai tipe diantaranya:
·
Tekanan
Biasanya
tekanan muncul tidak hanya dalam diri sendiri, mealinkan di luar diri juga.
Karena biasanya apa yang menjadi pandangan kita terkadang bertentangan dengan
pandangan orang tua, itu yang terkadang menjadi salah satu tekanan psikologis
bagi seorang anak yang akan menimbulkan stress pada anak tersebut.
·
Frustasi
Suatu
kondisi psikologis yang tidak menyenangkan sebagai akibat terhambatnya
seseorang dalam mencapai apa yang diinginkannya.
·
Konflik
Perbedaan
pendapat, perbedaan cara pandang bahkan perbedaan pandangan dalam mencapai
suatu tujuan itu akan menimbulkan koflik. Biasanya tidak hanya konflik dengan
diri sendiri, banyak juga konflik ini terjadi antar beberapa orang, kelompok,
bahkna organisasi.
·
Kecemasan
Khawatir,
gelisah, takut dan perasaan semacamnya itu merupakn suatu tanda atau sinyal
seseorang mengalami kecemasan. Biasanya kecemasan di timbulkan karena adanya
rasa kurang nyaman, rasa tidak aman atau merasa terancam pada dirinya.
C. Symptom-Reducing
Responses terhadap stress
Pengertian symptom -reducing responses terhadap
stress.
Kehidupan
akan terus berjalan seiring dengan brjalannya waktu. Individu yang mengalami
stress tidak akan terus menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu
setiap individu memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya
masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang ada.
D. Problem Solving Terhadap Stress
Salah
satu cara dalam menangani stress yaitu menggunakan metode biofeddback,
tekniknya adalah mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang terkena stress
kemudian belajar untuk menguasainya. Tekhnik ini menggunakan serangkaian alat
yang sangat rumit sebagai Feedback.
Melakukan
sugesti untuk diri sendiri juga dapat lebih efektif karena kita tahu bagaimana
keadaan diri kita sendiri. Berikan sugesti-sugesti yang positif, semoga cara ini
akan berhasil ditambah dengan pendekatan secara spiritual (mengarah pada
Tuhan).
·
Strategi Coping untuk Mengatasi Stress
Menghilangkan stress
mekanisme pertahanan dan penanganan yang berfokus pada masalah. Menurut Lazurus
penanganan stress atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
1)
Coping yang berfokus pada masalah
(problem focused coping) adalah istilah
Lazurus untuk strategi kognitif untuk penanganan dtress atau coping yang
digunakan oleh individu yang mengahadapi masalahnya dan berusaha
menyelesaikannya.
2)
Coping yang berfokus pada emosi
(problem focused coping) adalah isitlah Lazurus untuk strategi penanganan
stress diaman individu memberikan respon terhadad situasi stress dengan cara
emosional, terutama dengan menggunakan penialaian defensif.
·
Strategi Penanganan stress dengan
mendekat dan menghindar
1)
Strategi mendekati (approach
strategies) meliputi usaha kognitif untuk memahami penyebab stress dan usaha
untuk mengahadapi penyebab stress tersebut dengan cara mengahadapi penyebabnya
atau konsekuensi yang ditimbulkannya secara langsung.
2)
Strategi menghindar (avoidance
strategies) meliputi usaha kognitif untuk menyangkal atau meminimalisasikan
penyebab stress dan usaha yang muncul dalam tingkah laku, untuk menarik diri
atau menghindar dari penyebab stress.
DAFTAR
PUSTAKA:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar